GURU (MASIH JUGA) PEJUANG

GURU (MASIH JUGA) PEJUANG
(Renungan Dalam Peringatan Hardiknas 2012)
Oleh Garmawandi *)

Menyikapi kondisi pendidikan kita di era otonomi daerah dan otonomi sekolah saat ini, keberadaan guru Indonesia masih perlu untuk diajak secara bersama untuk menyamakan persepsi dan komitmen  tentang arti pendidikan dan pelaksanaan pengajaran bagi anak bangsa ini. Guru adalah pemimpin, khususnya pemimpin pendidikan pada unit terkecil yaitu kelas dan sekolah, di mana disana guru akan melakukan proses kepemimpinan yang tidak terlepas dari kodrat manusia sebagai Khalifah Tuhan di muka bumi yang saat ini dalam keadaan yang semakin “mati suri” yang secara kasat mata untuk memimpin dirinya sendiri sangat tidak berdaya.
            Pendidikan dengan sekolah sebagai organisasi atau entitas yang meneyelenggarakan proses pendidikan dan pengajaran, dituntut untuk mampu melakukan perubahan prilaku anak atau peserta didik untuk menjadi lebih dewasa dalam menapaki perubahan zaman yang sudah semakin tua dan semakin tidak menentu. Kini tugas guru bukan hanya lagi mengajarkan Ilmu dan Pengetahuan yang secara mandiri bisa di dapat sendiri, akan tetapi guru sudah harus melakukan perjuangan yang luar biasa guna mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi tantangan globalisasi yang semakin kejam dan semakin kompetitif.
Pendidikan sebagai suatu proses merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengolah input yang berproses untuk mendapatkan output dan outcome yang mampu bersaing dan diterima oleh lembaga pendidikan tinggi dan pasar kerja sebagai sebuah hasil produk pendidikan yang inovatif, bernilai jual tinggi, kompetitif serta memiliki nilai daya saing secara Sustainable-Value Responsibility.
Pertanyaannya adalah sudah siapkah kita sebagai “guru” untuk membangun keinginan masyarakat dan bangsa ini untuk menghasilkan output dan outcome pendidikan yang berdaya saing tinggi sebagai bentuk layanan jasa pendidikan yang berkualitas tinggi sehingga mampu menciptakan kepuasan, kesetiaan dan loyalitas masyarakat terhadap proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di sekolah.
Guru, sebagai sebuah kata yang diambil dari Bahasa Singhali di Srilanka memiliki makna yang pas untuk dianggap sebagai seorang pencerah masa depan bangsa ini. ‘Gu’ yang diadoposi dari kata “Go” yang berarti “gelap”; dan kata ‘Ro’ yang diadopsi menjadi “Ru” yang berarti “terang”, merupakan sebuah padanan kata yang menggambarkan bahwa seorang yang dianggap guru adalah seseorang yang  mampu mengantarkan seseorang (anak didik /siswa/murid) dari kegelapan menuju terang. Guru adalah sang pencerah, dan guru (masih juga) pejuang.
Dengan kondisi ini, guru merupakan pejuang pendidikan yang secara naluri, nalar dan nurani berdasarkan logika dan ethika dianggap sebagai orang yang mampu membawa perubahan perilaku terhadap bangsa ini melalui proses pembelajaran dan pendidikan bermakna terhadap proses yang dilakukannya di sekolah. Guru masih menjadi “roles of model” bagi masyarakat dan bangsa ini dalam membangun prilaku etik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Guru masih menjadi orang yang selalu digugu dan ditiru, dan masih dijadikan rujukan atas gagal dan berhasilnya pembangunan manusia dan bangsa Indonesia saat ini.
Guru adalah manusia biasa yang memiliki tugas dan beban moral yang berat dalam membangun karakter dan prilaku bangsa ini yang selalu berhadapan dengan paradigma dilema etik dalam melaksanakan tugas mulianya di dunia pendidikan. Guru masih dijadikan “kambing hitam” atas gagalnya bangsa ini membangun moral bangsa yang sudah mengarah kepada  kebobrokan nurani dan meninggalkan etika sebagai makhluk Tuhan YME yang semuanya selalu ditumpahkan kepada guru, dengan tanpa memandang sisi lain dari suatu sistem yang digunakan, serta carut marutnya birokrasi yang membuat guru semakin tak berdaya.
Akhirnya kita sebagai guru tinggal berpikir dan berbuat bagaimana bangsa ini harus dibangun. Keefektifan kepemimpinan pendidikan dan adanya upaya melakukan pemberdayaan pendidikan disegala sektor yang berbasis MBS atau Manajemen Mutu Terpadu (MMT) yang diikuti dengan pengembangan tatakelola pendidikan yang efektif, efisien dan ekonomis berbasis pelayanan sektor publik yang hakiki, utuh dan benar diharapkan akan mampu menjadikan  guru Indonesia menjadi seorang pejuang pendidikan sejati.
Guru kita masih harus berjuang untuk membangun  kualitas pendidikan bangsa ini melalui komitmen, kejujuran dan keikhlasan yang teguh dilandasi dengan etika kepemimpinan yang hakiki sehingga bangsa ini mampu menghasilkan kepemimpinan nasional yang lebih lebih berdaya, jujur dan penuh keikhlasan.
Akhirnya, selamat berjuang guru Indonesia, selamat memperingati Hari Pendidikan; dan semoga momen ini menjadikan kita insan pendidikan lebih mampu membangun pendidikan kita kearah yang lebih baik dan lebih berdaya.
*) Garmawandi, adalah Staff Dinas Pendidikan Kabupaten
    Belitung yang sedang Tugas Belajar di MM-UGM
    Yogyakarta

Dimuat dalam OPINI Bangka Pos, 03 Mei 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PELAYANAN PENDIDIKAN OLEH GURU DAN SEKOLAH DILIHAT DARI SUDUT PANDANG "SERVICES MARKETING IN EDUCATION"

CONTOH K2 KEPENGAWASAN SEKOLAH

SUPERVISI PENDIDIKAN DAN PARADIGMA BARU