MEMBANGUN MUTU MELALUI KULTUR SEKOLAH

MEMBANGUN MUTU MELALUI KULTUR SEKOLAH
Oleh Garmawandi *)

Pendahuluan
           SALAH satu tantangan penting yang dihadapi sekolah saat ini adalah bagaimana sekolah mengelola mutu, khususnya mutu pendidikan. Otonomi sekolah sebagai wujud desentralisasi pendidikan di sekolah, telah membawa angin segar bagi upaya partisifatif, demokratif dan kreatif warga sekolah untuk membangun dan menciptakan sesuatu yang berbeda secara efisien, inovatif dan kompetitif yang menjadikan sebuah sekolah berbeda dengan sekolah lain dalam layanan sebagai suatu proses bermutu.
Dari berbagai macam difinisi mutu atau kualitas menurut para ahli, seperti Juran and Gryna (1980), Audrey (1985), Arnold (1995), Arcaro (1995), dan ), Sallis (2000 ), memakna mutu atau kualitas diartikan sebagai suatu kesesuaian dengan persyaratan atau pemenuhan persyaratan yang ditentukan oleh ekspektasi dan kepuasan pelanggan (kinerja, keandalan, keawetan, ketersediaan sewaktu-waktu), tujuan, standar, spesifikasi, atau penggunaan; yang membedakan antara yang baik dan yang sebaliknya; atau antara keberhasilan dan kegagalan, serta sesuatu yang mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan atau konsumen.
Tranformasi sekolah di era kontemporer menuju sekolah bermutu terpadu diawali dengan komitmen bersama terhadap mutu pendidikan oleh komite sekolah. Adminitrator, guru, staff, peserta didik dan orang tua dalam komunitas sekolah, serta stakeholder yang sangat berkepentingan atas tercapai dan terlaksananya mutu pendidikan. Upaya strategis yang dimulai dengan membangun mutu ternyata banyak “gagal”, yang dibuktikan dengan masih banyaknya sekolah yang kalah bersaing secara internal dan ekternal dalam penciptaan dan pencapaian mutu secara keunggulan kompetitif maupun keunggulan komparatif dengan sekolah lain secara lokal maupun nasional, yang menyebabkan adanya keengganan dan ketidakpercayaan pelanggan (konsumen) pendidikan atas proses pendidikan yang dilakukan oleh suatu sekolah. Kegagalan terjadi karena sekolah gagal dan tidak mampu melakukan pendekatan sistem, pendekatan partisipatif dan pendekatan demokratis dengan melibatkan semua unsur sekolah sebagai upaya penciptaan mutu pendidikan.
Sistem harus dibangun dengan komitmen organisasi, komitmen harus dibangun oleh budaya organisasi, budaya harus dibangun oleh manajemen organisasi modern, dan manajamen harus dibangun oleh kepemimpinan yang kapabel, yang bukan berorientasi sesaat tetapi harus mengarah dan bersifat Sustainable Value-Creation (SVC).

Sekolah Efektif dan Kultur Sekolah
Makna sekolah bermutu oleh sekelompok awam adalah sekolah yang berhasil menamatkan peserta didiknya 100% ketika mengikuti Ujian Nasional (UN) sebagai output dari sistem pendidikan. Namun pada hakekatnya sekolah bermutu merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekolah sebagai suatu sistem dalam melakukan pendidikan kepada peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan. Orientasi output, dengan mengabaikan sistem sebagai suatu alur kerja kan menghasilkan sesuatu yang stagnan, sesaat, dan tidak akan mampu bersaing dalam jangka panjang. Sekolah bermutu merupakah sebuah organisasi yang bekerja menggunakan pendekatan sistem yang berorientasi input, proses, output dan outcome (yang berujung pada impact) melalui serangkaian kegiatan penjaminan dengan standar mutu sehingga menjadi produk yang dapat diterima dan dapat memuaskan  pelanggan dan pasar sebagai konsumen. Keuntungan yang didapat berupa keuntungan sosial.
Membangun dan menciptakan sekolah sebagai organisasi bermutu harus dan yang mampu diterima oleh pelanggan dan pasar serta adanya jaminan akan menghasilkan  Sebagai kultur budaya organisasi atau budaya sekolah dalam konteks pendidikan dalam otonomi sekolah, merupakan suatu keharusan dan tidak bisa ditawar dalam upaya membangun mutu pendidikan.   
Berbeda dalam pendidikan, yang kemudian memunculkan difinisi kualitas atau mutu sebagai sesuatu yang membedakan antara kesuksesan dan kegagalan. Sehingga jelas, mutu merupakan masalah pokok yang akan menjamin perkembangan sekolah dalam meraih statusnya ditengah-tengah persaingan dunia pendidikan yang kian keras (Sallis, 2001: 30).

Kultur Sekolah : Antara Individual Good Vs Common Good

Komentar

  1. Bicara tentang culture sekolah yang menghasilkan value memang jauh dari pangangan api sebab budaya mutu masih diukur dar out put sebagai nilai sesaat perlu seorang tranformatioanl leader yang berani mengambil dan mengelola resiko ditengah generasi yang pro status Quo
    Slam sukese untuk tulisannya mas brooo

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PELAYANAN PENDIDIKAN OLEH GURU DAN SEKOLAH DILIHAT DARI SUDUT PANDANG "SERVICES MARKETING IN EDUCATION"

CONTOH K2 KEPENGAWASAN SEKOLAH

SUPERVISI PENDIDIKAN DAN PARADIGMA BARU